BANGKAPOS.COM - Saat ini di media sosial sedang beredar pesan berantai yang bernarasikan tentang pancaran cahaya cosmic malam ini dan bahayanya.
Benar atau hoax pesan tersebut? Setelah dicek, faktanya pesan mengenai pancaran cahaya cosmic malam ini dan bahayanya tersebut adalah hoax.
Adapun pesan berantai tersebut berbunyi :
"Malam ini antara jam 00.30 pagi hingga 03.30 pagi pastikan off HP, laptop dan lain-lain dan jauhkan dari badan anda. TV Singapore telah mengumumkan berita tersebut. Tolong beritahu keluarga dan sahabat-sahabat anda. Malam ini antara jam 00.30 pagi hingga 03.30 pagi bumi kita akan menghadapi radiasi yang paling tinggi.
Pancaran cahaya Cosmic akan melintasi dekat dengan bumi. Oleh itu off HP dan lain-lain dan jauhkan dari badan anda sebab akan menyebabkan kita mendapat efek radiasi yang berbahaya....
Boleh lihat di Google dan NASA dan berita BBC. Bagikan pesan ini kepada orang-orang lain yang penting bagi keluarga, teman, sahabat, dan juga anak-istri anda. Anda boleh menyelamatkan nyawa banyak orang dengan berbuat demikian...Semoga bermanfaat. Amiin..."
Faktanya, pesan bernarasi serupa pernah juga dibagikan pada 2017 dan 2018 silam.
Saat itu, Lapan sudah menyatakan bahwa pesan ini hoaks.
Dikutip dari Serambi News dan Pos Belitung, pesan berantai WhatsApp ini seringkali muncul ketika ada fenomena alam gerhana.
Seperti yang terjadi di tahun 2017 lalu.
Tribunsumsel.com mengonfirmasi ke Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jasyanto menegaskan informasi berantai yang tersebar melalui watshapp.
Soal mematikan alat elektronik sehubungan radiasi tinggi malam ini adalah hoax atau tidak benar.
Hal itu dijawab Jasyanto melalui pesan singkat whatshapp dari Tribunsumsel.com, Senin (16/10/2017).
"Itu hoax, tidak benar," jawabnya singkat.
Penjelasan:Beredar sebuah informasi yang mengeklaim bumi mengalami radiasi pancaran cahaya kosmik. Dikatakan juga antara jam 00.30 pagi hingga 03.30 pagi bumi akan menghadapi radiasi paling tinggi. Pesan tersebut juga mengimbau untuk mematikan ponsel, laptop, dan perangkat elektronik lain karena dapat terkena efek radiasi yang membahayakan tubuh.
Faktanya, klaim bumi mengalami radiasi pancaran paling tinggi cahaya kosmik merupakan klaim yang keliru. Dikutip dari liputan6.com, pesan berantai yang sama pernah beredar pada 2011, 2012, dan 2016. Saat itu disebutkan sinar kosmik Mars akan masuk ke Bumi. Thomas Djamaluddin saat menjabat sebagai Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan bahwa informasi tersebut adalah hoaks lama yang didaur ulang. Lebih lanjut, ia menjelaskan radiasi kosmik merupakan radiasi berbagai panjang dari luar bumi. Radiasi itu ada setiap saat dan terlalu kecil untuk berdampak bagi bumi.
Sumber:https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/5592217/cek-fakta-tidak-benar-bumi-alami-radiasi-pancaran-paling-tinggi-cahaya-kosmik?page=3
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim bumi mengalami radiasi pancaran paling tinggi cahaya kosmik, penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Heboh Cahaya Radiasi Kosmik yang Bahayakan Tubuh, Ini Kata Lapan" yang dimuat situs Liputan6.com, pada 18 Mei 2017.
Artikel situs Liputan6.com menyebutkan, beredar broadcast message yang membahas adanya cahaya radiasi malam ini. Melalui pesan berantai itu, disebutkan bahwa radiasi kosmik dapat membahayakan tubuh.
Para penerima pesan diimbau untuk mematikan ponsel, tablet, laptop, dan perangkat elektronik lain dari jam 00.30-03.30 dini hari. Pasalnya, saat itu bumi menerima radiasi paling tinggi.
Bahkan pesan itu menyebut bahwa ancaman radiasi kosmik tersebut telah disiarkan di televisi Singapura, Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, dan juga media asing asal Inggris BBC.
Pesan berantai itu ditangkis kebenarannya oleh Thomas Djamaluddin saat menjabat sebagai Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
"Itu hoaks lama yang didaur ulang. Kalau ada yang aneh-aneh patut diduga hoaks. Buang saja," ujar Thomas kepada Liputan6.com melalui pesan singkat pada Kamis (19/5/2017)
Dari penelusuran singkat Liputan6.com ke sejumlah situs berita, pesan berantai yang sama sebelumnya pernah membuat heboh pada 2011 dan 2016. Pesan serupa juga pernah tersebar pada 2012. Saat itu disebutkan bahwa sinar kosmik Mars akan memasuki Bumi dan meledakkan semua telepon seluler.
Lalu, apakah sebenarnya radiasi kosmik itu dan berbahaya kah bagi manusia?
Menurut Thomas, radiasi kosmik merupakan radiasi berbagai panjang gelombang dari luar bumi. Meski radiasi itu sebenarnya ada setiap saat, terlalu kecil untuk berdampak bagi bumi.
Dilansir dari Pyhslink.com, radiasi kosmik biasanya merujuk pada radiasi dengan gelombang mikro kosmik, yang mengandung energi foton sangat rendah. Foton adalah partikel elementer yang membawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya, gelombang radio, dan Sinar-X.
Foton dengan energi dan panjang gelombang yang berbeda, tercipta dari benda-benda angkasa luar, seperti matahari, bintang, ledakan sinar gamma. Benda-benda tersebut juga menghasilkan partikel berenergi tinggi, seperti elektron, proton, dan anti-proton.
Meski partikel berenergi lebih tinggi itu berpotensi berbahaya, sebagian besar partikel tidak pernah sampai ke bumi. Mereka dibelokkan oleh lapisan medan magnet bumi.
Bobo.id - Berbagai benda langit banyak melewati atmosfer Bumi, seperti meteorit, hingga komet.
Nah, ada satu hal yang khas, nih, saat benda-benda langit tadi melintasi Bumi, yaitu ekor.
Yap, komet dan benda langit lainnya akan terlihat punya ekor yang bercahaya saat melewati Bumi.
Ekor yang muncul saat benda langit seperti komet maupun asteroid melintasi Bumi ini terbentuk akibat panas Matahari.
Sebenarnya, apa bahan pembentuk ekor pada komet dan bagaimana proses pembentukannya, ya?
Baca Juga: Keren, Ada 2 Benda Langit yang Diberi Nama dari Indonesia! Apa Saja?
Komet Terbentuk dari Berbagai Material
Jika dibandingkan dengan meteorit, komet lebih jarang terlihat melintasi Bumi, teman-teman.
Komet adalah benda langit yang berukuran kecil, rapuh, serta bentuknya tidak beraturan.
Material atau partikel pembentuk komet adalah air es, debu, serta senyawa karbon dan silikon yang membeku.
Nah, komet juga mengorbit Matahari sebagai bintang induknya.
Di ruang angkasa, jumlah komet sangat banyak dan bisa menabrak berbagai planet, termasuk Bumi, yang dapat kita lihat saat komet menabrak atau melintasi planet tempat tinggal kita.
Baca Juga: Selain Gerhana, Peristiwa Langit Apa Saja yang Bisa Kita Lihat Tahun 2020, ya?
Nukleus, Koma, dan Ekor Merupakan Tiga Bagian Komet
Komet yang dapat jatuh atau menabrak planet lainnya terbentuk dari tiga bagian yang berbeda, yaitu nukleus, koma, dan ekor.
Nukleus adalah inti padat dari komet, yang nanti bisa mengembangkan koma ketika komet melintas dekat Matahari.
Sedangkan koma merupakan awan berdebu di sekitar inti komet. Kalau ekor, merupakan bagian paling ujung dari komet dan bergerak menjauhi Matahari.
Baca Juga: Wah, Para Astronom Temukan Sebuah Galaksi dengan Tiga Lubang Hitam!
Kenapa Komet Bisa Punya Ekor saat Melintasi Bumi, ya?
Salah satu hal yang menarik dari komet, meteorit, maupun benda langit lainnya yang kita lihat adalah ekornya.
Namun ekor ini hanya terbentuk saat komet melintas dekat dengan Matahari saja.
Apa yang membentuk ekor komet saat benda langit ini jatuh dan menabrak Bumi, ya?
Teman-teman masih ingat, kan, apa material pembentuk komet?
Komet terbentuk dari debu, air, dan berbagai partikel lainnya yang membeku, sehingga komet merupakan bola es yang sanagt besar.
Saat jatuh menabrak Bumi maupun planet lainnya, komet akan melintasi Matahari yang panas.
Nah, ketika melintasi Matahari yang panas inilah, es pada komet akan mencair.
Ketika berbagai material, termasuk debu, yang terperangkap dalam es pembentuk komet ini mencair, maka gas dan debu tadi akan terpisah hingga membentuk ekor.
Akibat peristiwa ini, maka kita bisa melihat adanya ekor yang panjang dari komet, bahkan panjangnya bisa mencapai jutaan kilometer dari Matahari.
Baca Juga: Apa yang Terjadi Jika Ada 2 Galaksi yang Bertabrakan? #AkuBacaAkuTahu
Komet Punya Dua Jenis Ekor, yaitu Ion Debu dan Gas
Ekor yang ada pada komet saat meluncur jatuh dari ruang angkasa ternyata ada dua jenis, nih, teman-teman.
Jenis yang pertama adalah ion debu, yang biasanya berwarna kuning dan mengandung berbagai partikel kecil serta padat.
Ekor ion debu terbentuk karena adanya sinar matahawi atau ultraviolet yang mendorong partikel-partikel kecil dari komet hingga menjauhi inti komet.
Tekanan dari sinar Matahari yang lemah akan membuat partikel debu tadi melengkung maupun menyebar.
Baca Juga: Lubang Hitam di Pusat Bimasakti 'Menendang' Sebuah Bintang, Ada Apa?
Sedangkan ekor ion gas biasanya akan berwarna biru, yang terbentuk akibat cahaya ultraviolet mengubah satu atau lebih elektron dari koma menjadi ion.
Angin dari matahari akan membawa ion keluar dari Matahari dan membentuk ekor yang lebih lurus dan sempit.
Yuk, banyak membaca agar semakin banyak informasi yang kita ketahui!
Sumber: history.amazingspace.com
Tonton video ini juga, yuk, teman-teman!
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi
Copyright ©2023, All rights reserved.